Back

Kuliah Pakar Psikologi Islam di UGM bersama Prof. Bagus Riyono

Prof. Dr. Bagus Riyono menyampaikan kuliah pakar Psikologi Islam di Fakultas Psikologi UGM; 28 mahasiswa Magister AFI UNIDA Gontor menyimak.

UNIDA Gontor — Program Studi Magister Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) menggelar kuliah pakar bertema Islamisasi Sains Sosial (Psikologi Islam) bersama Prof. Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kegiatan terselenggara pada Ahad, 27 Juli 2025, dihadiri 28 mahasiswa, berlangsung sejak pukul 10.00 hingga sekitar 15.00 WIB dalam suasana akademik yang hangat, kritis, dan penuh antusiasme. Momentum ini kembali menegaskan komitmen AFI untuk memperkuat reputasi kampus sebagai Universitas Islam Terbaik dalam pengembangan keilmuan berbasis wahyu dan akal.

Dalam pemaparannya, narasumber menegaskan bahwa nafs merupakan inti dari ilmu psikologi—jiwa yang merepresentasikan diri manusia, kerap dipadankan dengan istilah individu, self, atau soul. Seiring perkembangan psikologi modern, fokus kajian cenderung bergeser ke perilaku (behavior) yang hanya mewakili sebagian wajah psikologi. Prof. Bagus mengajak peserta menimbang kembali landasan konseptual psikologi dari sumber-sumber otoritatif Islam, termasuk Al-Qur’an yang menyebut kata nafs dan derivasinya ratusan kali—antara lain pada QS Fussilat: 53, QS An-Nisa: 1, dan QS Asy-Syams: 7–10—untuk memaknai individu dari aspek jiwa, bukan semata jasad.

Beliau juga mengajak peserta mengkritisi pemetaan unsur manusia (ruh, qalb, aql, nafs) sebagaimana diajukan beberapa tokoh mutakhir. Menurutnya, risiko fragmentasi bisa muncul bila unsur-unsur tersebut diposisikan seolah terpisah. Dari kisah Nabi Adam a.s., beliau mengonstruksi empat lapisan potensi jiwa: persepsi (sensing), penalaran (reasoning), empati (empathy), dan hati nurani (conscience)—masing-masing beresonansi dengan tubuh, makna, jiwa lain, dan relasi ketuhanan. Keempat lapisan inilah landasan kebebasan memilih (freedom to choose) antara jalan fujur dan taqwa. Jalan taqwa ditempuh melalui tazkiyah (penyucian dan penyuburan jiwa) yang membawa prosper, sedangkan tadsiyah menjerumuskan pada suffer.

Sesi tanya jawab berlangsung dinamis; tujuh mahasiswa—antara lain Alfian Amrullah, Vandeber Oktavianos, Husain Zahrul Muhsinin, dan rekan-rekan—menyampaikan pertanyaan. Menanggapi isu pertautan conscience dan fitrah, Prof. Bagus menjelaskan bahwa fitrah adalah kondisi dasar penciptaan yang tidak berubah; ia mencakup empat potensi tadi secara integral, bukan hanya hati nurani. Manusia diberi kebebasan untuk berperilaku selaras atau menyimpang dari fitrahnya; tugas pendidikan adalah membimbing agar pilihan jatuh pada ketakwaan.

Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama narasumber selaku dosen pengampu dan Al-Ustadz Rahmat Ardi Nur Rifa Da’i sebagai perwakilan program. Kuliah pakar ini memperkaya perspektif mahasiswa AFI dalam merumuskan kerangka Psikologi Islam yang utuh, integratif, dan berbasis wahyu, sekaligus memperkokoh kiprah UNIDA Gontor menuju standar Universitas Islam Terbaik di tingkat nasional.

Redaksi: Husain Zahrul Muhsinin

Editor  : Ahmad Ma’ruf Muzaidin Arrosit