UNIDA Gontor – Guru bahasa Arab bukan hanya pengajar kaidah dan kosa kata, tetapi juga pendidik karakter. Dalam proses pembelajaran, guru memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai positif melalui bahasa yang diajarkan. Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an memiliki potensi besar untuk menjadi sarana pendidikan karakter yang berakar pada nilai-nilai Islam.
Setiap kosa kata, ungkapan, dan struktur kalimat dalam bahasa Arab bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, tanggung jawab, dan kesabaran. Guru dapat mengemas materi pembelajaran dengan konteks yang bermuatan moral dan spiritual. Misalnya, menggunakan ayat-ayat atau hadis yang membahas akhlak sebagai bahan diskusi di kelas.
Sikap dan perilaku guru juga merupakan bagian dari pembelajaran yang tidak tertulis. Ketika guru menunjukkan kesabaran, ketegasan, kejujuran, dan keikhlasan dalam mengajar, siswa akan meneladani hal itu. Dalam banyak kasus, siswa lebih terinspirasi oleh karakter guru daripada materi pelajaran itu sendiri.
Guru bahasa Arab juga harus mampu menjadi komunikator yang baik. Mengajar bahasa bukan hanya soal menjelaskan kaidah, tetapi juga menciptakan interaksi yang hidup dan bermakna. Dalam proses ini, guru memiliki kesempatan luas untuk menanamkan nilai-nilai sopan santun dalam berbicara, mendengarkan dengan hormat, serta berpikir kritis namun santun.
Di kelas bahasa Arab, latihan-latihan seperti dialog, drama pendek, atau percakapan bisa diarahkan pada topik-topik etis dan sosial. Misalnya, membuat skenario percakapan tentang menolong teman, menghormati guru, atau berkata jujur dalam ujian. Dengan begitu, keterampilan berbahasa dan pembentukan karakter berjalan beriringan.
Pendidikan karakter melalui bahasa Arab juga perlu ditopang dengan keteladanan tokoh-tokoh Islam. Guru dapat mengenalkan biografi sahabat Nabi, ulama besar, atau tokoh peradaban Islam yang dikenal karena integritas dan akhlaknya. Cerita-cerita ini bisa disampaikan dalam bahasa Arab sederhana yang sesuai dengan tingkat siswa.
Selain itu, guru juga perlu sensitif terhadap perkembangan psikologis dan sosial siswa. Terkadang, permasalahan karakter siswa bukan hanya disebabkan oleh kurangnya materi, tetapi karena kurangnya bimbingan personal. Guru bahasa Arab yang dekat dengan siswa dapat menjadi tempat curhat dan pembimbing informal yang berpengaruh.
Evaluasi pembelajaran juga harus mencerminkan aspek karakter. Tidak hanya menguji kemampuan bahasa, tetapi juga sikap dalam proses belajar: seperti kejujuran saat ujian, kerja sama dalam tugas kelompok, dan kedisiplinan dalam mengerjakan PR. Rubrik penilaian karakter bisa dimasukkan secara sistematis.
Kerja sama antara guru bahasa Arab dan wali kelas atau guru Bimbingan Konseling sangat dianjurkan. Dengan komunikasi yang baik antar guru, pendidikan karakter dapat dilakukan secara terpadu. Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang mengandung nilai agama bisa menjadi penguat karakter di sekolah secara menyeluruh.
Dengan peran yang strategis dan pendekatan yang tepat, guru bahasa Arab mampu menjadi agen perubahan karakter yang efektif. Mereka tidak hanya menghasilkan siswa yang mahir berbahasa, tetapi juga insan yang berakhlak mulia. Di tangan gurulah bahasa Arab menjadi jalan untuk membentuk generasi yang bermoral dan berintegritas.
Redaksi: Dr. Rahmad Hidayat, Lc. M.A. (Dosen Magister Pendidikan Bahasa Arab UNIDA Gontor)