UNIDA Gontor — Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor menerima kunjungan akademik delegasi Universiti Malaya (UM), Malaysia, pada 19–20 November 2025, untuk mendalami konsep pendidikan pesantren dan tata kelola wakaf yang telah lama menjadi fondasi Pondok Modern Darussalam Gontor. Kunjungan ini menjadi ajang pertukaran gagasan sekaligus pengakuan bahwa model pendidikan pesantren memiliki relevansi kuat dalam percaturan pendidikan global, khususnya bagi kampus yang ingin memperkuat identitas sebagai Universitas Islam Terbaik di kawasan regional.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat di Kampus Pusat Gontor, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menjelaskan bahwa pendidikan di Gontor tidak hanya berhenti pada kurikulum tertulis di kelas. Melalui konsep “pendidikan 24 jam” dan penerapan Hidden Curriculum, seluruh aktivitas santri—mulai dari ibadah, kegiatan asrama, organisasi, hingga interaksi sehari-hari—dipandang sebagai proses pendidikan karakter. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan santri menjadi sarana pembelajaran yang terus hidup.

Delegasi UM memperoleh penjelasan langsung mengenai integrasi ilmu agama dan ilmu umum di Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI). Dengan prinsip “100% ilmu agama dan 100% ilmu umum”, Gontor berupaya melahirkan generasi Ulul Albab yang mampu berpikir kritis sekaligus berakhlak mulia. Pendekatan ini menjadi salah satu rujukan bagi UM dalam mengembangkan model kurikulum yang seimbang antara kedalaman spiritual dan kecakapan intelektual.
Pada sisi tata kelola, pimpinan pondok menegaskan bahwa kemandirian Gontor bertumpu pada sistem wakaf. Pimpinan Pondok bukanlah pemilik lembaga, melainkan pemegang amanah dari Badan Wakaf. Melalui jaringan kelembagaan yang solid—mulai dari Badan Wakaf, Pimpinan Pondok, KMI, Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM), Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM), hingga UNIDA Gontor—nilai keikhlasan, amanah, dan kemandirian dijaga secara berkelanjutan. Unit-unit usaha seperti koperasi dan La-Tansa dikembangkan bukan untuk keuntungan pribadi, tetapi seluruh hasilnya dikembalikan untuk penguatan pendidikan santri.
Dalam bidang kebahasaan, delegasi UM juga mengadakan studi banding dengan Language Advisory Centre (LAC) dan Direktorat Pengembangan Bahasa (DPB) UNIDA Gontor. Melalui Direct Method yang dipadukan dengan penciptaan lingkungan berbahasa (bi’ah lughawiyah), santri dan mahasiswa dididik untuk aktif berkomunikasi dalam bahasa Arab dan Inggris, tidak sekadar memahami teori tata bahasa. Sistem Al-Ikhtibar yang dikembangkan DPB turut diperkenalkan sebagai instrumen evaluasi mutu bahasa di lingkungan kampus.

Aspek kedisiplinan dan kehidupan berasrama menjadi perhatian lain bagi Universiti Malaya. Melalui pemaparan Direktorat Kepesantrenan (DKP), para tamu mempelajari bagaimana aturan, sanksi, dan pembinaan disiplin dirancang bukan untuk menghukum, tetapi untuk mendidik mental santri agar bertanggung jawab, menghargai waktu, dan berpikir matang sebelum bertindak. Relasi antarsantri dibangun dalam suasana kekeluargaan: kakak yang membimbing dan adik yang menghormati.
Di akhir kunjungan, pihak UM menyampaikan apresiasi atas konsistensi Gontor dalam menjaga tradisi, mengembangkan inovasi, serta membangun jaringan internasional melalui UNIDA Gontor. Mereka berencana mengadopsi beberapa praktik baik terkait pembinaan karakter, tata kelola wakaf, dan penguatan lingkungan bahasa sebagai referensi dalam pengembangan kampus menuju standar Universitas Islam Terbaik di tingkat internasional.
Kunjungan ini menegaskan bahwa kekuatan Gontor tidak semata terletak pada sarana fisik, melainkan pada jiwa, falsafah, dan sistem kaderisasi yang terus dijaga. Sinergi antara pesantren dan perguruan tinggi menjadi modal penting bagi UNIDA Gontor untuk terus berkontribusi bagi peradaban Islam dan kemanusiaan.
Redaksi: Abdul Manar Al Fithri
Editor : Ahmad Ma’ruf Muzaidin Arrosit






