UNIDA Gontor — Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) kembali menggelar Temu Ilmiah dan Pidato Akhir Tahun pada Sabtu, 6 Desember 2025 / 16 Jumadil Akhir 1447 H di Jakarta. Forum tahunan yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 17.30 WIB ini menjadi ruang muhasabah bersama atas perkembangan pemikiran dan pendidikan Islam, sekaligus merumuskan arah penguatan dakwah dan keilmuan ke depan. Dalam kesempatan tersebut, Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil., tampil sebagai keynote speaker dan memaparkan konsep pendidikan holistik pesantren yang telah lama menjadi ciri khas pesantren Gontor sebagai salah satu rujukan Universitas Islam Terbaik di Indonesia.

Dalam pidatonya, Prof. Hamid menegaskan bahwa pendidikan yang hanya menonjolkan aspek kognitif tidak akan mampu melahirkan manusia yang utuh. Pesantren, menurut beliau, telah mewariskan model pendidikan yang menyentuh seluruh dimensi manusia: kognitif, emosional, fisik, dan spiritual. “Hakikat pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi miniatur peradaban yang membentuk manusia secara lahir dan batin; ‘ilman, khuluqan wa adaban. Inilah bentuk pendidikan holistik yang sesungguhnya,” ungkapnya. Karena itu, pemaknaan pendidikan secara holistik bukan lagi pilihan, tetapi keharusan agar generasi Muslim tumbuh menjadi pribadi matang, beradab, dan siap memimpin peradaban.
Sesi berikutnya diisi oleh Dr. Henri Shalahuddin yang menyoroti paradoks pendidikan modern. Di tengah meningkatnya angka melek huruf dan akses informasi, berbagai problem sosial justru menguat, seperti penurunan angka pernikahan, meningkatnya kasus HIV/AIDS, kehamilan di luar nikah di kalangan pelajar, hingga maraknya korupsi yang dilakukan pejabat berpendidikan tinggi. “Inilah akibat pendidikan yang hanya mengejar keterampilan teknis tanpa penanaman adab. Ia hanya akan melahirkan koruptor yang semakin terampil membocorkan uang negara; cerdas angka, tetapi bodoh makna,” tegasnya di hadapan peserta.

Pada sesi ketiga, Prof. Ugi Suharto memperluas pemaknaan istilah “holistik” dalam konteks pendidikan Islam. Menurutnya, holistik tidak cukup dipahami sekadar ‘menyeluruh’, tetapi harus dinaikkan ke level yang lebih tinggi, yakni terkait dengan konsep kamil (sempurna) dan kulli (universal). “Output pendidikan holistik sejati adalah terbentuknya al-insan al-kamil, manusia paripurna dengan Rasulullah SAW. sebagai prototipe utama,” jelas Prof. Ugi. Dari paradigma tersebut, diharapkan lahir ulama-intelek, pemimpin beradab, dan penjaga kebaikan di tengah masyarakat.
Melalui rangkaian pemaparan para narasumber, Temu Ilmiah Akhir Tahun INSISTS tahun ini menegaskan kembali pentingnya integrasi ilmu, adab, dan spiritualitas dalam sistem pendidikan. Kehadiran Rektor UNIDA Gontor bersama para pakar INSISTS semakin mengukuhkan peran pesantren dan kampus-kampus Islam sebagai lokomotif peradaban. Komitmen UNIDA Gontor untuk terus mengembangkan model pendidikan holistik selaras dengan visinya sebagai Universitas Islam Terbaik yang berupaya melahirkan generasi alim, saleh, dan beradab, sekaligus siap menjawab tantangan zaman secara cerdas dan bertanggung jawab.
Redaksi : Khairul Umam
Editor : Ahmad Ma’ruf Muzaidin Arrosit






