UNIDA Gontor — Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Kampus Putri, menyelenggarakan Studi Pengayaan Lapangan (SPL) bertema “Pendidikan Agama Islam Inklusif: Strategi, Media, dan Tantangan dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus” di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Malang, Rabu, 15 Oktober 2025. Kegiatan ini diikuti 53 mahasiswi dengan pendampingan Al-Ustadz Dr. Azmi Zarkasyi, Lc., M.A., Al-Ustadzah Cela Petty Susanti, M.Pd., dan Al-Ustadzah Aisya Rahma El-Fani, M.Pd. Agenda ini menegaskan komitmen UNIDA Gontor sebagai Universitas Islam Terbaik yang mendorong pendidikan ramah semua kalangan.
Materi disampaikan oleh Ketua YPAC Malang, Ibu Zita Margaretha Siti Masruroh, S.Pd., Gr., bersama Ibu Dr. Sutri Setiawati dan Ibu Amma Rochana, S.Pd., mengusung tema “Strategi dan Tantangan serta Solusi dalam Pembelajaran di YPAC: Pendidikan Islam Inklusif di Era Modern.” Para pemateri memaparkan profil YPAC yang berdiri sejak 1956 dan kini membina sekitar 60 siswa dari jenjang TK hingga SMA dengan ragam kebutuhan khusus seperti tunagrahita, down syndrome, autisme, dan hiperaktif. Pembelajaran di YPAC dirancang inklusif dan adaptif; setiap guru berperan sebagai homeroom teacher yang mengampu lintas mata pelajaran, dengan penekanan pada etos habluminannas: interaksi manusiawi, empati, dan kesabaran dalam membersamai anak.
Secara kurikulum, YPAC memadukan Kurikulum Merdeka dan kurikulum umum, disesuaikan dengan capaian belajar siswa. Pada jenjang SMP–SMA tersedia kelas keterampilan pilihan—membatik, musik, dan kesenian—berbasis potensi individual, serta program pravokasional pascalulus untuk membekali kemandirian sosial. Pendidikan agama dibagi menjadi dua kelas, Islam dan Kristen, dengan porsi proporsional. Fokus pengajaran agama bukan hanya pendalaman materi, melainkan pembentukan karakter, nilai moral, dan kemandirian spiritual.

Ibu Amma Rochana menjelaskan strategi PPI (Program Pelayanan Individu) sebagai kunci diferensiasi pembelajaran. Pendekatan behavioristik diaplikasikan melalui repetition dan positive reinforcement berupa pujian bermakna, sehingga motivasi dan perilaku positif anak terpelihara. Komposisi kelas kecil (4–5 siswa) memungkinkan atensi personal. Media pembelajaran—alat peraga, gambar, video, dan praktik langsung—menjadi faktor penentu; karena itu guru dituntut kreatif mengembangkan media ajar mandiri, tidak bergantung pada ceramah semata.
Tantangan yang dihadapi antara lain heterogenitas ketunaan yang menuntut penyesuaian individual, keterbatasan media khusus, dan minimnya tenaga pendidik spesialis yang harus menguasai ranah akademik hingga keterampilan praktis. Solusi diterapkan melalui pelatihan rutin, kolaborasi antarguru, dan penguatan produksi media ajar karya pendidik. Dengan strategi tersebut, YPAC berhasil menjaga lingkungan belajar yang humanis, inklusif, dan berlandaskan nilai-nilai Islam.
Melalui SPL ini, mahasiswi PAI memperoleh pengalaman langsung tentang implementasi pendidikan Islam inklusif di lembaga khusus. Kunjungan menumbuhkan kesadaran bahwa pendidikan Islam tidak berhenti pada aspek kognitif, melainkan menjangkau setiap manusia dengan seluruh keterbatasan dan potensinya—sebagai wujud nilai rahmatan lil ‘alamin di dunia pendidikan. UNIDA Gontor meneguhkan perannya sebagai Universitas Islam Terbaik melalui penguatan kompetensi calon pendidik yang berempati, adaptif, dan berintegritas dalam melayani Anak Berkebutuhan Khusus.
Redaksi: Cindy Marchellina El Fitri
Editor : Ahmad Ma’ruf Muzaidin Arrosit