Back

Mendidik Jiwa, Menyemai Peradaban: Tafsir Awal Kuliah Umum UNIDA Gontor

KH-Hasan-Abdullah-Sahal-Kuliah Umum UNIDA Gontor

UNIDA Gontor – Sebuah pembuka perenungan kembali digelar dalam tradisi panjang pendidikan wakaf: Khutbatul Arsy. Melalui Kuliah Umum Babak Pertama, Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor menyapa mahasiswa dan dosen bukan hanya dengan ilmu, tetapi dengan nilai-nilai dasar yang akan menjadi akar panjang perjalanan mereka sebagai pencari ilmu dan pembawa risalah kehidupan.

‎Acara dimulai dengan sambutan Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil., Rektor UNIDA Gontor, yang bukan hanya menyampaikan ucapan syukur dan apresiasi kepada seluruh panitia dan mahasiswa, melainkan juga mengingatkan tentang jati diri universitas ini.

“Universitas ini berdiri di atas wakaf, dan yang diwakafkan bukan hanya tanah—tapi sistem, nilai, dan semangat. Di sini kita belajar ekonomi, pertanian, dan disiplin ilmu lainnya, tetapi semuanya dilandaskan pada proses Islamisasi,” ungkap beliau.

‎Di balik metode dan kurikulum, Gontor menyimpan misi yang lebih besar—yakni pembentukan jiwa. Di sinilah Khutbatul Arsy menjadi penanda awal bahwa setiap langkah mahasiswa bukan hanya akademis, melainkan spiritual dan ideologis.

‎Kuliah umum berlanjut dengan nasehat dari Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), K.H. Hasan Abdullah Sahal. Dalam untaian kalimat yang tenang namun dalam, beliau menyampaikan bahwa kedewasaan dan kepahaman bukan semata hasil dari tingginya jenjang pendidikan.

‎“Orang berpendidikan, bila tidak mendidik, maka dia tidak berkembang. Ilmu itu harus membentuk, bukan hanya mengisi. Jika hidupmu hanya untuk datang, bayar, belajar, lulus, menikah, naik haji, lalu mati—maka Gontor tidak perlu ada. Sekolah semacam itu sudah banyak. Di sini, kita ingin lebih dari itu,” tegas beliau.

‎Ungkapan ini bukan sekadar retorika, tetapi peringatan halus bahwa pendidikan sejati harus menumbuhkan kesadaran, bukan sekadar gelar.

‎Khutbatul Arsy bukan hanya rutinitas tahunan. Ia adalah tafsir awal dari apa itu pendidikan menurut Gontor. Setiap mahasiswa diundang bukan hanya untuk mengenal kampus, tetapi juga untuk menafsirkan ulang tujuan mereka datang ke tempat ini.

‎Dalam atmosfer yang sarat nilai dan kesakralan, Kuliah Umum Babak Pertama menjadi simbol dimulainya perjalanan pencarian. Bukan sekadar ilmu, melainkan makna. Bukan sekadar sarjana, melainkan insan yang sanggup mendidik, mengabdi, dan menjadi agen perubahan.

‎Karena di Gontor, pendidikan bukan hanya proses, tapi juga peradaban yang sedang disemai—dari jiwa ke jiwa, dari niat ke amal.

Redaksi           : Kesyfi Anand

Editor               : Rifki Aulia