UNIDA Gontor — Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT) Universitas Darussalam Gontor menyelenggarakan sidang perdana bagi mahasiswinya pada Ahad (26/10/2025) di Hall Mesir lantai 2. Momen penting ini menjadi istimewa karena diikuti oleh Ayşe Turgut, mahasiswi semester 8 asal Turki, dengan penelitian berjudul “Ḥijāb al-Mar’ah fī al-Qur’ān al-Karīm ‘inda Nawawi al-Jāwī wa Muḥammad Ḥamdī al-Turkī (Dirasah Muqaranah)”. Sidang dimulai pukul 10.00 WIB dan dipimpin langsung oleh pembimbing, Dr. Aqdi Rofiq Asnawi, Lc., M.A., dengan dewan penguji Dr. Ali Mahfudz Munawar, Lc., M.Hum., sebagai penguji pertama, dan Haila Fardyatullail, M.Ag., sebagai penguji kedua.
Dalam sambutannya, Dr. Aqdi menegaskan keunikan riset Ayşe yang mempertemukan dua mufassir lintas budaya dan tradisi keilmuan: Syekh Nawawi al-Bantani melalui Marah Labid dan Elmalılı Hamdi Yazır melalui Hak Dini Kur’an Dili. Ayşe memaparkan bahwa keduanya sama-sama memandang hijab sebagai kewajiban syar’i, namun berbeda dalam metodologi dan cakupan analisis. Syekh Nawawi cenderung ringkas dan berorientasi pada tradisi tafsir klasik-otoritatif, sedangkan Hamdi Yazır menampilkan pendekatan analitis-modern yang menggabungkan kajian linguistik, rasional, dan filosofis.
Temuan menarik lainnya ialah perbedaan penegasan pada batas aurat. Syekh Nawawi lebih condong pada pendapat jumhur yang menyatakan aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, sementara Hamdi Yazır cenderung menegaskan kewajiban menutup wajah dan seluruh tubuh, sejalan dengan konteks moral-konservatif Turki pada masa transisi politiknya. Perbandingan ini menyoroti pengaruh konteks sosial dan horizon keilmuan terhadap konstruksi penafsiran, sekaligus menunjukkan titik temu intelektual antara tradisi Islam Nusantara dan Turki.
Suasana sidang berlangsung khidmat dan interaktif. Dewan penguji mengapresiasi kedalaman analisis, ketelitian pustaka, serta kemampuan Ayşe mengaitkan dimensi normatif, historis, dan metodologis secara berimbang. Pada akhir sidang, dewan menetapkan nilai A (cumlaude), menandai capaian akademik yang gemilang bagi Ayşe sekaligus menjadi inspirasi bagi sivitas akademika. Dalam pernyataan penutup, Ayşe menyampaikan rasa syukur serta terima kasih kepada para dosen, pembimbing, dan keluarga besar IQT atas bimbingan dan dukungan selama proses penelitian.
Sidang perdana ini meneguhkan komitmen IQT UNIDA Gontor dalam memperkuat tradisi ilmiah yang inklusif dan berkelas global. Dengan ekosistem akademik yang kondusif dan jejaring kolaborasi internasional, UNIDA Gontor terus menguatkan posisinya sebagai Universitas Islam Terbaik yang melahirkan karya ilmiah bernas dan berdampak. Pencapaian Ayşe menjadi bukti bahwa atmosfer riset di UNIDA Gontor—sebagai Universitas Islam Terbaik—mendorong mahasiswa menembus batas geografis, metodologis, dan kultural dalam studi Al-Qur’an dan tafsir.
Redaksi: Nindhya Ayomi Delahara
Editor : Ahmad Ma’ruf Muzaidin Arrosit






