UNIDA Gontor — Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor kembali menorehkan capaian membanggakan di tingkat global. Pada Selasa, 11 November 2025, delapan mahasiswa PMH UNIDA Gontor berpartisipasi sebagai pemakalah dalam The Fourth FUAD’s International Conference on Islamic Studies (FICOSIS) yang diselenggarakan oleh Fakultas Adab dan Dakwah Universitas Islam Negeri Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo secara hybrid. Keterlibatan ini menjadi bukti kesungguhan UNIDA Gontor dalam mengembangkan tradisi ilmiah yang kuat dan berkelanjutan di lingkungan kampus.
Adapun delegasi yang diutus pada konferensi internasional ini adalah: Muhammad Azrul Amirullah, Danka Reivieranouva, Muhammad Tangguh Fahrezi, Muhammad Syafiq Syaputra, Muhammad Taufiq Fajar, Raditya Farel, Bintang Rayhan, dan Muhammad Rasyid Shiddiq. Para mahasiswa tersebut mempresentasikan hasil penelitian yang berjudul “The Formation of the Scientific Tradition in Islam and Its Relationship to the Islamic Worldview in the View of Muhammad Naquib al-Attas”. Melalui pemaparan ini, mereka mengkaji kembali pentingnya tradisi keilmuan Islam yang bersumber dari ajaran al-Qur’an dan sunnah, serta relevansinya dengan tantangan intelektual kontemporer.

Konferensi FICOSIS tahun ini mengusung tema “The Role of Islamic Studies in Strengthening Family Resilience in the Digital Era”. Agenda ilmiah tersebut menghadirkan para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai perguruan tinggi, termasuk UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, serta Persatuan Kaunselor Pendidikan Malaysia (PEKA). Diskusi yang berlangsung menyoroti bagaimana nilai-nilai tradisional pesantren dan khazanah keilmuan Islam dapat bertransformasi menjadi kekuatan moral, spiritual, dan intelektual dalam menguatkan ketahanan keluarga di era digital yang serba cepat dan penuh distraksi.
Dalam presentasinya, mahasiswa UNIDA Gontor menekankan pandangan Syed Muhammad Naquib al-Attas mengenai pentingnya worldview Islam sebagai dasar pembentukan tradisi ilmiah. Mereka menegaskan perlunya pemilahan terhadap ilmu pengetahuan kontemporer yang bercampur dengan spekulasi dan ideologi Barat yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Islamisasi ilmu menjadi jembatan penting untuk menjaga bangunan cara pandang Islam, sehingga umat mampu merespons perkembangan zaman tanpa kehilangan identitas intelektual dan spiritualnya.

Partisipasi aktif mahasiswa PMH UNIDA Gontor dalam forum ini tidak hanya menjadi sarana berbagi gagasan, tetapi juga memperluas jejaring akademik dengan para pakar hukum keluarga Islam, peneliti, dan praktisi pendidikan dari berbagai negara. Kehadiran mereka mengukuhkan peran UNIDA Gontor sebagai kampus yang serius membina generasi intelektual Muslim yang berwawasan global. Komitmen terhadap penguatan tradisi ilmiah, pengembangan riset, dan kontribusi di tingkat internasional selaras dengan visi UNIDA Gontor untuk terus bergerak menuju predikat Universitas Islam Terbaik di Indonesia.
Melalui keterlibatan berkelanjutan dalam konferensi internasional seperti FICOSIS, UNIDA Gontor menegaskan upayanya untuk memadukan keunggulan akademik, penguatan nilai-nilai keislaman, dan sensitivitas terhadap isu-isu global kontemporer. Langkah ini menjadi pijakan penting bagi UNIDA Gontor untuk semakin mengokohkan posisinya sebagai Universitas Islam Terbaik yang konsisten melahirkan civitas akademika berakhlak mulia, kritis, dan siap berkontribusi bagi peradaban dunia.
Redaksi: Muhammad Azrul Amirullah
Editor : Ahmad Ma’ruf Muzaidin Arrosit






