Back

Kajian Annisa Special Edition Bersama Anak Gaza di UNIDA Gontor: Inspirasi Perjuangan dari Tanah Palestina

UNIDA Gontor –  Konflik berdarah yang terjadi di jalur Gaza yang tidak berkesudahan memantik banyak perhatian dari berbagai kalangan di dunia. Tidak terkecuali UNIDA Gontor sendiri sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam. Melalui sebuah kajian yang bertajuk “Inspirasi Perjuangan dari Tanah Palestina”, kajian ini berhasil menarik kurang lebih 200 orang audiens untuk hadir pada hari Kamis (05/09/2024) di Aula CIOS UNIDA Gontor. Bersama Ustadz Muhammad Husein atau biasa dikenal  sebagai Muhammad Husein Gaza.Acara dimulai tepat pada pukul 16.00 WIB. Dalam suasana penuh kehangatan dan haru, Ustadz Husein Gaza memulai kajiannya dengan menyampaikan beberapa poin penting mengenai perjalanan anak-anak Gaza, khususnya Ramadhan dan Walid, dalam menghadapi kehidupan sehari-hari di tengah konflik yang tak kunjung usai.

Perjalanan ke Indonesia dan Dakwah Edukasi

Al-Ustadz Husein Gaza membuka kajian dengan kisah pertemuannya dengan Ramadhan dan Walid di Qatar. Ia mengisahkan bagaimana kedua anak ini berhasil diundang ke Indonesia untuk safari dakwah. “Jika ingin mengundang anak-anak Gaza, salah satu syarat utamanya adalah acara tersebut harus bersifat edukasi,” ujar Ustadz Husein.

Ramadhan Abu Jazar: Tumbuh di Tengah Perang

Ramadhan Abu Jazar, lahir pada tahun 2014 di tengah berkecamuknya perang 50 hari di Gaza. Pada usia belia, ia sudah merasakan pahitnya kehilangan orang-orang terdekat. Pamannya dan dua sepupunya, Mahmud dan Ahmad, tewas dalam perang. Meski demikian, Ramadhan mengisahkan bagaimana kedua orang tuanya, terutama ibunya, tetap mendidiknya menjadi anak yang tangguh dan penuh semangat.

“Saya dilahirkan di Rafah, salah satu kota besar di Palestina, tempat di mana sekitar 1,5 juta pengungsi tinggal dalam tenda-tenda,” cerita Ramadhan. Ketika perang meletus, ia dan keluarganya harus sering berpindah dari satu tenda ke tenda lainnya. Namun, Ramadhan tetap berusaha tegar dan tidak ingin terpuruk dalam kesedihan. “Kami di Gaza ingin bermain, beristirahat, dan hidup normal seperti anak-anak lainnya, tapi realitanya, orang tua kami dibunuh agar kami tidak punya semangat hidup,” ujarnya dengan penuh keteguhan.

Jangan Tangisi Kami, Jadikan Air Mata Sebagai Semangat

Ramadhan menekankan bahwa anak-anak Gaza tidak membutuhkan belas kasihan, tetapi dukungan. “Jangan tangisi kami, jadikan air mata kalian sebagai semangat bagi anak-anak di Gaza untuk terus berjuang,” serunya. Dalam kajian tersebut, Al-Ustadz Husein juga mengajak para jama’ah untuk membuka mata terhadap penderitaan rakyat Palestina dan terus memberikan dukungan nyata.

Walid Abu Jazar: Salam Cinta dari Anak Gaza untuk Indonesia

Sementara itu, Walid Abu Jazar, yang lahir pada tahun 2017, juga berbicara mengenai kecintaannya kepada Indonesia. “Kami ingin menyampaikan salam cinta dari anak-anak Gaza untuk Indonesia. Kami sangat mencintai Indonesia karena kalian mencintai kami, anak-anak Gaza,” ucap Walid dengan polos namun penuh makna. Hal ini membuat para jamaah terharu.

Peran Keluarga dan Pendidikan Al-Qur’an

Ayah Ramadhan dan Walid turut memberikan pesan penting. Ia menegaskan bahwa pendidikan yang mereka berikan kepada anak-anaknya adalah investasi terbaik yang dilakukan dengan dasar Al-Qur’an. “Keberhasilan anak-anak saya adalah berkat taufik dari Allah SWT. Saya memulai pendidikan mereka dengan Al-Qur’an, dan saya meluangkan waktu yang cukup untuk mereka,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya peran ibu dalam membentuk ketangguhan seorang anak. “Keberhasilan seorang anak itu terletak pada ibunya, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Jika ingin mendidik anak, ajarkan mental dan ketangguhannya terlebih dahulu,” ujarnya. Menurutnya, mental yang tidak kuat akan menyebabkan anak-anak kesulitan beradaptasi dan bergaul di masa depan.

Ajakan untuk Terus Mendukung Palestina

Kajian ditutup dengan ajakan untuk terus bergerak membantu rakyat Palestina. Al-Ustadz Husein berharap bahwa suatu saat mereka dapat bertemu kembali di Masjidil Aqsha dalam keadaan Palestina merdeka. “Saat ini, janganlah kita menutup mata terhadap Palestina. Insha Allah, suatu saat kita akan bertemu di Masjidil Aqsha untuk melawan Zionisme,” tutupnya.

Red: Miftachul Uluum

Editor: Rifki Aulia