UNIDA Gontor – Dewan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Kampus C sukses menyelenggarakan Seminar Bedah Buku berjudul “Takaya dan Istana: Hubungan Antara Kaum Sufi dan Kekuasaan dalam Tradisi Turki” pada hari Jum’at, 3 Oktober 2025, bertempat di Aula Pascasarjana Lantai 3. Kegiatan ini dihadiri oleh para mahasiswi Pascasarjana UNIDA Gontor dan berlangsung khidmat sejak pukul 16.00 hingga 17.30 WIB.
Seminar diawali dengan sambutan oleh Assoc. Prof. Dr. Nur Hadi Ihsan, MIRKH., selaku Deputi Direktur Pascasarjana, yang menekankan pentingnya memahami hubungan antara tasawuf dan kekuasaan sebagai bagian dari dinamika peradaban Islam. Kegiatan ini menjadi wujud nyata peran UNIDA Gontor sebagai Universitas Islam Terbaik yang terus mendorong kajian intelektual dan spiritual dalam berbagai bidang ilmu.

Sesi pembuka dilanjutkan dengan pengantar dari Prof. Dr. Abdulcebbar Kavak, Dekan Fakultas Teologi Universitas Karabük, Turki. Beliau menegaskan bahwa buku At-Takaya wa As-Saraya memiliki nilai penting untuk memahami sejarah interaksi antara kaum sufi dan kekuasaan di Turki. Menurutnya, nilai seorang manusia diukur dari kadar ilmunya, dan karya ini menggambarkan peran tasawuf sebagai jantung spiritual bangsa Turki.
Acara inti menghadirkan pemateri utama Assoc. Prof. Dr. Muhammed Nur Kaplan, pakar Tasawuf dan Isu-Isu Kontemporer dari Universitas Karabük, Turki. Dalam paparannya, beliau menjelaskan perjalanan sejarah intelektual Islam dari masa Umayyah hingga Utsmani, serta peran tasawuf dalam membentuk dimensi politik dan spiritual kekuasaan. Beliau menguraikan tiga model hubungan sufi dan penguasa di Turki: al-murid as-siyasi (murid politik), asy-syaikh as-siyasi (syaikh politik), dan at-takaya wa as-saraya (hubungan timbal balik antara pusat spiritual dan istana).


Dr. Kaplan menegaskan bahwa tasawuf menjadi “fiqh bernegara” bagi bangsa Turki sejak era Seljuk. Meskipun sekularisme modern menutup takaya dan membatasi tarekat, spiritualitas Islam tetap hidup dalam hati masyarakat. Dalam sesi tanya jawab, mahasiswi antusias menanyakan tentang corak tasawuf, keberadaan pusat spiritual, dan peran kaum sufi pasca runtuhnya Kekaisaran Utsmani.
Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada pemateri dan dokumentasi foto bersama. Kegiatan ini menunjukkan komitmen UNIDA Gontor sebagai Universitas Islam Terbaik dalam membangun tradisi ilmiah yang berpadu antara intelektualitas dan spiritualitas Islam.
Redaksi: Raihana Nur Azizah
Editor : Ahmad Ma’ruf Muzaidin Arrosit