Back

Bahasa Arab dan Pendidikan Multikultural: Sebuah Kolaborasi Nilai

Assoc. Prof. Dr. Fairuz Subakir, Lc., M.A.

UNIDA Gontor – Bahasa Arab dalam konteks pendidikan multikultural memiliki peran strategis dalam memperkaya pemahaman lintas budaya, khususnya dalam dunia Islam yang sangat plural dan beragam. Pendidikan multikultural menekankan penghargaan terhadap perbedaan budaya, agama, dan bahasa.

Sebagai bahasa yang menjadi wahana utama penyampaian nilai-nilai Islam, bahasa Arab dapat menjadi jembatan penghubung antara berbagai kelompok etnis dan budaya di dunia Muslim maupun non-Muslim.

Pembelajaran bahasa Arab yang mengintegrasikan nilai-nilai multikultural akan menumbuhkan sikap toleransi, saling menghormati, dan pemahaman yang mendalam terhadap perbedaan. Ini sangat penting mengingat tantangan globalisasi yang sering menimbulkan gesekan antarbudaya.

Dalam konteks Indonesia yang multietnis dan multireligius, pembelajaran bahasa Arab dapat menjadi media untuk memperkenalkan nilai universal Islam yang mengedepankan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian.

Namun, pendidikan multikultural juga mengingatkan kita agar tidak menjadikan bahasa Arab sebagai alat pemaksaan nilai tunggal, melainkan sebagai sarana dialog dan pengayaan budaya. Guru bahasa Arab harus memahami prinsip ini agar pembelajaran menjadi inklusif.

Penggunaan teks-teks bahasa Arab yang beragam dan beragam konteks sosial budaya dapat memperluas wawasan siswa. Misalnya, mengenalkan karya sastra Arab dari berbagai negara dan era, serta studi tentang peran bahasa Arab dalam masyarakat yang berbeda.

Kolaborasi nilai antara bahasa Arab dan pendidikan multikultural juga mendukung pengembangan identitas ganda yang sehat bagi siswa, yakni sebagai warga negara Indonesia yang memiliki akar budaya dan kepercayaan, sekaligus warga dunia yang terbuka.

Pendekatan interdisipliner antara bahasa Arab, sejarah, budaya, dan agama dapat memperkaya proses pembelajaran dan memperkuat kapasitas siswa untuk beradaptasi dalam masyarakat global.

Guru dan lembaga pendidikan perlu terus mengembangkan metode pengajaran yang sensitif budaya dan menghargai perbedaan, sehingga bahasa Arab dapat menjadi jembatan dan bukan tembok pemisah antar komunitas.

Dengan demikian, pembelajaran bahasa Arab berbasis nilai multikultural akan mencetak generasi yang tidak hanya cakap berbahasa, tetapi juga berkarakter inklusif dan berwawasan luas.

Redaksi: Assoc. Prof. Dr. Fairuz Subakir, Lc., M.A. (Dosen Magister Pendidikan Bahasa Arab UNIDA Gontor)