Tingkatkan Wawasan dan Pengetahuan Mahasiswa PAI Laksanakan Studi Pengayaan Lapangan (SPL)

UNIDA Gontor – Selasa malam (26/02/208) Fakultas Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) kembali memberangkatkan rombongan mahasiswanya yang terdiri dari 90 orang mahasiswa gabungan antara semester 2 dan 4 untuk Studi Pengayaan Lapangan (SPL) ke beberapa lembaga pendidikan di Jawa Tengah antara lain, Kota Semarang, Kendal, Klaten dan diakhiri di kota Yogyakarta.

Adapun pemberangkatannya diawali dengan pengumpulan seluruh mahasiswa dan dosen pembimbing yang terdiri dari tiga orang dosen fakultas tarbiyah Dian Nashrul Munif, S.Pd.I, M.Pd, Taufik Rizki Sista M.Pd.I dan Yoke Suryadarma M. Pd. I berkumpul di teras Masjid Jami’ UNIDA Gontor guna mengikuti pengarahan dan pembagian buku pedoman SPL ke seluruh mahasiswa.  Kemudian kepanitiaan dari SPL kali ini diamanahkan kepada mahasiswa semester 4 yang diketuai oleh Riza Taufiqurrahman dan Aslih Fahmi selaku komando yang akan mengatur jalannya acara SPL selama 3 hari ini.

Studi Pengayaan Lapangan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada peserta mahasiswa untuk mengenali lebih dalam tentang perkembangan situasi dan kondisi pendidikan di era milenial ini. Diharapakan peserta mampu mengambil pelajaran dan berkontribusi untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Studi Kependidikan yang dilaksanakan dari tanggal 26-28 Februari yang terdiri dari lima objek, objek pertama yaitu Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Semarang. Objek kedua, Sekolah Menengah Atas Kampus Merah Putih Nasionalis Agama (NASIMA) Kota Semarang. Objek ketiga, SMP – SMA Semesta Bilingual Language. Objek Ketiga, Pondok Modern Selamet, Kendal. Objek keempat, Pondok Pesantren Darul Amanah, Sukorejo Kendal. Dan objek terakhir yang dikunjungi adalah Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.

Pada objek pertama Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Semarang kedatangan rombongan SPL PAI UNIDA Gontor disambut oleh Ibu Kartikawati S.Pd selaku Kepala Sekolah SLBC (Tuna Grahita), dalam kesempatan tersebut beliau memaparkan tentang sejarah YPAC “YPAC ini berdiri pada tanggal 8 Maret tahun1964 oleh Alm. Prof. Dr. Soeharso seorang ahli bedah tulang yang pertama kali merintis upaya rehabilitasi bagi penyandang cacat di Indonesia. Yayasan pertama kali berdiri di kota Solo dan kemudian berkembang menjadi 16 cabang yang tersebar diseluruh indonesia, yaa.. termasuk yang di Semarang ini” ujarnya penuh semangat.

Dalam strategi mendidik, YPAC sendiri membagi porsi pendidikan yang diterapkan untuk anak cacat ini menjadi dua, yaitu SLB-C dan SLB-D. SLB-C adalah lembaga pendidikan berkebutuhan khusus yang memiliki masalah mental dibawah rata-rata anak normal pada umunya dan SLB-D adalah lembaga pendidikan berkebutuhan khusus yang memiliki kondisi mental normal tetapi memiliki kondisi fisik yang berkelainan. Pendiri dan guru-guru di yayasan ini beranggapan bahwa anak-anak cacat ini adalah mutiara yang terpendam yang harus digali potensinya sehingga mereka berhak mendapatkan perhatian dan perlakuan baik layaknya anak-anak normal.

Disela-sela acara rombongan UNIDA Gontor dihibur dengan penampilan-penampilan menarik oleh adik-adik berkebutuhan khusus YPAC yang terdiri dari Pentas Tari, Hafalan Surat Al-Qur’an dan Qosidah. Di akhir acara, “harapan dari lembaga YPAC untuk kedepannya adalah lembaga ini mampu menjadi ladang kebaikan dan jariyah bagi masyarakat untuk selalu mendukung dan membantu anak-anak cacat menjadi manusia yang madiri dan berarti”, tambah Ibu Kartikawati.

Sekolah Menengah Atas Kampus Merah Putih Nasionalis Agama (NASIMA) Kota Semarang – Sekolah Menegah Atas (SMA) Nasioanalis Agama (NASIMA) ini merupakan objek ke-2 dari SPL tahun ini. Awal mula berdiri lembaga ini dari keprihatinan seorang ayah (pendiri) tentang pendidikan yang berjalan di indonesia yang jauh dari nilai pancasila dan norma-norma religius. Keprihatinan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya lembaga pendidikan SMA NASIMA ini. Adapun kata “NASIMA” dimbil dari kepanjangan Nasionalis dan Agama dengan maksud menyajikan pendidikan baru di indonesia yang berlandaskan dengan pancasila tanpa melupakan moral-moral agama. Adapun yang membedakan SMA NASIMA dengan madrasah pada umumnya adalah pendidikan yang tetap berbasis umum namun menerapkan muamalah Islamiyah. Kepala sekolah dari SMA NASIMA ini bernama KH. Hanif Nasiman, Lc., yang menerapkan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) terpadu dengan dua program yaitu bahasa dan teknologi informasi. Kedepannya SMA NASIMA diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari tanpa melupakan norma-norma agama sehingga mampu mewarnai masyarakat sekitar dengan ideologi positif yang dibawa dari pendidikan SMA NASIMA Semarang.

SMP – SMA Semesta Bilingual Language – Perkembangan mutu sekolah dewasa ini semakin berkembang dengan pesat ditandai dengan berdirinya sekolah-sekolah berstadar nasional maupun internasional SMA Semesta contohnya, berdiri pada tahun 1999. Sekolah berbasis nasional ini menerapkan sistem bilingual language yang mana siswa-siswi disini diwajibkan memakai bahasa inggris yang merupakan bahasa wajib sehari-hari mereka. Adapun kurikulum dan program unggulan di SMA Semesta Bilingual Language ini menerapkan kurikum hybird yaitu penggabungan dua kurikulum, kurikulum nasional dan internasional, yaitu kurikulum tetap mengikuti peraturan pendidikan KEMENDIKBUD yang berlaku di Indonesia, sedangkan kurikulum internasional berkiblat pada Universitas Cambridge yang telah banyak dijadikan contoh oleh sekolah-sekolah unggulan lainnya. Program unggulannya adalah paperless atau belajar tanpa kertas yaitu para siswa- siswi dibekali dengan smartphone di tangan masing-masing untuk memudahkan mereka dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar dikelas dan bagi siswa atau siswi yang sakit tetap dapat mengikuti kegiatan belajar-mengajar dari jarak jauh menggungkan smartphone.

Pondok Modern Selamet, Kendal – Rabu, 28 Februari 2018 Rombongan Studi Kependidikan Program Studi Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor tiba di Pondok Modern Selamet (PMS), Kendal. Rombongan disambut hangat oleh al-Ustadz Ali,  rombongan pun diajaknya berkeliling asrama PMS sembari menjelaskan tentang perihal pondok pesantren. Pukul 12.30, Acara studi pengayaan lapanganpun dimulai di Auditorium Universitas Selamet Sri (UNISS). Disana dijelaskan bahwa pondok ini dibangun oleh Alm.H. Selamet Sumardjio (perintis) pada tahun1994 diatas tanah seluas 19 Hektar dan sekarang umur pondok ini beranjak menuju usia 25 tahun. Dibangun bersistemkan asrama dengan mengikuti kurikulum dinas pendidikan 2013 (KURTILAS) disamping itu mereka (para santri) diajarkan sorogan atau membaca dan mempelajar kitab kuning. Diharapak santri mampu menjadi uswah hasanah dan ‘Ulama yang berintelek sepulang dari pondok nanti.

Pondok Pesantren Darul Amanah, Sukorejo Kendal – salah satu  pondok pesantren (PONPES) yang unik lainnya adalah PONPES Darul Amanah Kendal. Ponpes ini berdiri pada tahun 1990 diatas permukaan tanah seluas 10 hektar. Awalnya pondok ini hanya menerima siswa Aliyah (1990), kemudian atas dasar usulan wali santri untuk membuka jenjang pendidikan baru yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs). Akhirnya pada tahun 1991 resmilah pondok ini menjadi Ponpes untuk jenjang Aliyah (SMA) dan Tsanawiyah (SMP). Hal unik yang ditemukan di Ponpes ini adalah penggabungan tiga kurikulum pendidikan, yaitu pertama, KMI (Kulliyatul Mu’allimin-al-Islamiyah) Kedua, Salafi ketiga, Kemendikbud 2013(KURTILAS). Tujuan masing-masing kurikulum ini adalah bagaimana santri itu belajar membangun karakter, mental dan bahasa lewat kurikulum KMI, memudahkan santri memahami dasar-dasar ajaran islam lewat kurikulum salafi dan membuka wawasan santri agar dapat bersaing di dunia pendidikan lewat kurikulum KURTILAS yang diberlakukan di Indonesia.

Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Kamis (1/4) – Usai shalat subuh berjamaah di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta peserta Studi Pengayaan Lapangan 2018 melanjutkan studinya dengan mendengarkan dialog interaktif tentang penglolaan masjid. Dialog ini sampaikan oleh sekretaris masjid Jogokariyan bernama Ust. Wahyu Tejo. Beliau memaparkan bahwa masjid ini dibangun atas dasar untuk pemersatuan masyarakat sekitar khususnya daerah Jogokariyan. Membina warga sekitar dengan mengajaknya beramai-ramai datang ke masjid untuk sholat jama’ah dan kajian-kajian keislaman. Disela-sela kajian tidak jarang bagian takmir masjid menyediakan konsumsi bagi jama’ah berupa softcake, bubur atau es dll. Jadi tidak heran jika masjid selalu penuh oleh warga dan memiliki uang KAS takmir yang banyak karena takmir masjidnya selalu berupaya dekat dengan jama’ah dan menghidupkan masjid Jogokariyan sehingga mendapat perhatian dari pemertintah dan menjadi salah satu masjid terbaik di Yogyakarta./*Yoke Suryadarma

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *