Pelatihan Debat di UNIDA Gontor Kampus Magelang

Magelang- Selasa (23/06), Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas Syariah Kampus Magelang mengadakan Pelatihan Teknik Debat dan Diskusi sebagai salah satu materi dalam Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) Mahasiswa Baru. Menariknya, materi ini disertai dengan konspesi dan praktik Kompetisi Debat Internasional. Materi ini disampaikan oleh al-Ustadz Abdullah Muslich Rizal Maulana, Dosen Prodi Studi Agama-Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor.

Di awal pemaparannya, Dosen alumni Vrije Universiteit (VU) Amsterdam ini menyampaikan di antaranya adalah kelemahan alumni Gontor dalam banyak kompetisi, terutama kompetisi debat. “Saya melihat sejumlah besar alumni Gontor banyak yang merasa ‘cukup’ karena sudah belajar sekian lama di Pondok sehingga kurang banyak melakukan improvisasi diri. Ini salah satu penyebab utama mahasiswa kita kurang bisa bersaing dengan kawan-kawan di luar yang dari umum. Padahal, potensi antum besar sekali.” Demikian Ustadz Rizal menyampaikan. Oleh karena itu, mahasiswa UNIDA Gontor khususnya harus terus mampu belajar agar bisa bersaing dan tidak ketinggalan dari civitas akademika kampus manapun.

Mahasiswa Baru UNIDA Gontor sangat antusias mendengarkan pemaparan dari Ustadz Rizal

Ustadz Rizal kemudian menyampaikan beberapa format Debat Internasional yaitu The British Parliamentary (BP) debating style dan Australasian Debating style. British Parliamentary style banyak digunakan di kompetisi internasional seperti World Universities Debating Championship (WUDC)  dan European Universities Debating Championship (EUDC), sementara Australasian Debating Style lumrah digunakan di komunitas Akademik Australia dan Asia.

British Parliamentary style tersusun atas sejumlah komponen sebagai berikut: 4 Grup dengan masing masing-grup berisi 2 personal, dengan konsep 2 Grup pertama adalah Regu PRO (Government/ Proposition/ Affirmative) sementara 2 Grup lainnya adalah Regu KONTRA (Opposition/ Negative). Masing-masing personal memiliki waktu berbicara kurang lebih 5-7 menit dengan POI (Point of Information), kecuali 2 orang terakhir dari masing-masing timhanya memiliki durasi berbicara maksimal 3 menit saja tanpa POI.

Point of Information adalah waktu setelah 1 menit awal dan sebelum 1 menit akhir durasi berbicara peserta, di mana lawan bisa memberikan pertanyaan atau sanggahan kepada tim lainnya berdurasi maksimal 15 detik. Lawan yang diberikan pertanyaan atau sanggahan bisa menerima atau menolak tantangan tersebut, dan jika sudah diterima, maka harus segera dijawab.

Karena terbatasnya waktu, maka praktik yang difokuskan hanya British Parliamentary style saja. Panitia OSPEK menunjuk 8 orang dari peserta OSPEK untuk mempraktikkan Debat British Parliamentary style dengan mosi debat: “Perpindahan Ibukota Jakarta ke Kalimantan berpengaruh positif bagi kemaslahatan NKRI.”

Reporter: Abdullah Muslich Rizal Maulana, M.A
Editor: Ahmad Kali Akbar, M.Pd.

Ahmad Kali Akbar

Ahmad Kali Akbar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *