UNIDA Gontor-“Apa yang dibangun di asrama adalah Binau Syahsiah, Akhlaqul Karimah atau karakter bukan Innventarisasi”, ujar Al-Ustadz Dr. Setiawan bin Lahuri, M.A. ketika menyampaikan sambutanya pada acara Pelantikan Dewan Asrama, Ahad (16/7) di Hall Lantai 4 Gedung Terpadu.
Acara Pelantikan Dewan Asrama yang dihadiri oleh seluruh mahasiwa UNIDA Gontor merupakan kali pertama dilaksanakan secara resmi dengan mengundang rektor dan dosen senior lainya. Rentetan acara dimulai dari sambutan ketua Dewan Mahasiswa, laporan pertanggungjawaban pengurus lama, serah terima amanat, pelantikan, pembacaan surat mandat, sambutan ketua dewan asrama baru dan ditutup dngan sambutan oleh wakil rektor II, Dr. Setiawan Bin Lahuri, M.A.
Pada sambutannya, beliau menyampaikan betapa mahalnya sistem asrama yang ada di universitas kita. Rasa kekeluargaan dan kepedulian antar teman dan dosen akan tumbuh dalam lingkungan asrama yang kondusif. Hal ini merupakan cerminan seorang muslim yaitu Ta’awun. Kondisi keluarga pada zaman sekarang adalah kumpul dengan‘gadget’ masing-masing dengan mengabaikan teman, saudara dan keluarga. Ini adalah salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi yang menyebar begitu pesat. Ajaran Islam seperti afsussalama bainakum dalam bahasa apapun sebagai bentuk salam kita sebagai keluarga besar UNIDA Gontor. Pengalaman organisasai juga sangat penting dalam pengembagan emosional mahasiwa. Semua ini adalah rizki dalam bentuk selain harta yang mahal.
Selain itu beliau juga menyampaikan betapa pentingnya disiplin. Diantaranya disiplin sholat berjamaah di masjid, terutama ketika maghrib. Setelah sholat maghrib akan ada wejangan dari rektor dan dosen atau bisa digunakan untuk menghafal Al-Qur’an. Beliau juga berharap ada suatu pelatihan pidato diatas mimbar seusai sholat shubuh di masjid yang dikomandoi oleh DEMA. Ketika di asrama, harus ada latihan menjadi imam di kamar dan menyampaikan teusiyah walaupun satu ayat. Hal semacam ini merupakan hal yang sepele tapi berpengaruh sangat besar bagi kehidupan mahasiswa ketika terjun di masyarakat. Di akhir sambutannya beliau menyampaikan bahwa ditengah universitas dan sekolah mencari mahasiswa dan murid di UNIDA dan Gontor malah kelebihan dan bahkan menolak. Sehingga mahasiswa UNIDA itu mahal harganya. [Iqbal Munir]
4 Responses