Puisi kemerdekaan ini ditulis oleh M. Taufiq Affandi, dosen Universitas Darussalam Gontor dan salah satu penulis buku Bahasa Indonesia untuk KMI Pondok Modern Darussalam Gontor. Puisi dan cerpennya telah diterbitkan di koran cetak Republika dan berbagai media lainnya. Di antara buku puisinya adalah Benih Dzikir. Novelnya telah diterbitkan oleh Gema Insani Press.
Terdapat 3 puisi kemerdekaan di laman ini: “Di bawah Kibaran Merah Putih”, “Kuukir namamu, Pahlawan” dan “Bukan gugurmu yang kutangisi”
Puisi Kemerdekaan: Di bawah Kibaran Merah Putih
Aku tersimpuh
di bawah kibaran merah putih
bayangnya berdansa dengan pasir yang kupijak
melekuk, meliuk, menggelora
.
Aku tersimpuh
di bawah naungan merah putih
yang enggan turun, enggan layu
setelah lama badai menghujamnya
.
Mencari pijakan, aku harus bangkit
menepis debu yang menggelayutiku
menebalkan lagi tapak kakiku
ini waktuku berdiri!
.
Tak lagi aku lengah, takkan
ini tanah bukan tanah tanpa darah
ia terhampar bukan tanpa tangis
terserak cecer tiap partikel mesiu di sana
.
Jika pada patahan waktu yang lalu
aku bersembunyi, berkarung
pada lipatan detik ini, aku bukanlah kemarin
aku adalah detik ini, aku akan menjadi esok
.
Aku terhuyung
memegang erat tiang merah putih
aku memanjat asa, memupuk tekad
Indonesia, pegang genggam beraniku!
.
Genggam… genggam erat
akan kusongsong duri, kutapak tebing
perjuangan ini belum pudar
aku akan mengawalmu, merah putihku!
Puisi Kemerdekaan: Kuukir namamu, Pahlawan
Seperti awan merajut hujan
kusulam namamu di langitku
langit yang Allah bentangkan melalui perihmu
oksigen segar kemerdekaan
yang mengalir dari sesak dadamu
kuhirup seperti aliran sungai surgawi
.
Seperti akar merambat tanah
kuukir namamu, Pahlawan
dalam-dalam
bukan untuk kukenang
bukan untuk menghiasi bilikku
namun, petuah perjuangan bagiku
.
Apa yang menggerakkan beranimu?
Apa yang mendobrak takutmu?
Di mana gentar itu?
Tentu saja… tentu saja… ia sirna
pada detik cintamu pada Indonesia terusik
pada detik itu… kekuatan yang tak tampak menguatkanmu
.
Aku akan berdiam sejenak
di tendamu malam ini
beberapa saat saja
hingga kulitku merasakan dinginmu
dan perutku merasakan laparmu
mataku merasakan perihmu
.
lalu aku akan mengambil
sisa-sisa aura kosmosmu yang menjejak
kuserap dalam pori-poriku
kuhirup sekuat-kuatnya
hingga mengalir ke dalam nadiku
hingga kuharap kau tahu, kini aku yang jaga merdeka itu
.
Kuukir namamu, Pahlawan
pada gunung, pada laut
pada udara, pada puisi burung
di tiap huruf namamu, Pahlawan
ada suku kata merdeka
ada doa… untukmu
Puisi Kemerdekaan: Bukan Gugurmu yang Kutangisi
Saat kau pergi
pagi itu
dengan senjata seadanya di tanganmu
dan ikat merah putih di kepalamu
bukan pergimu yang kutangisi
bukan, sayang
bukan itu
.
Aku melihat langkahmu
lurus, tegap
tak pernah kau seyakin itu
tak pernah
aah… aku nyeri membayangkannya
tak pernah aku melihatmu
tersenyum semisterius itu
.
dzikir, sujud, dan segala kata-kata langit
kuucapkan
deras di mulut dan benakku
seolah aku melihatnya
menjadi butiran atom cahaya
yang terbang mengelilingimu
menghangatkanmu
.
siluetmu mulai hilang
jauh di ujung sana
kilas cahaya merah putih dari kepalamu
menjadi nur terakhir yang kulihat
pekik merdekamu
masih terbisik di telingaku
lembut, namun penuh api
.
Saat kau pergi
pagi itu
dan perang melawan penjajah
mengantarmu menghadap Sang Pencipta
bukan gugurmu yang kutangisi
bukan, sayang
bukan itu
.
Karena kutahu
gugurnya pahlawan bukanlah mati
itu adalah kehidupan sebenarnya bagimu
karena kutahu
takkan pernah sia-sia juangmu
untuk bangsa Indonesia yang kau cintai ini
dan kutahu kau menikmati cintamu itu
.
Bukan gugurmu yang kutangisi
Bukan, sayang
ini bukan tangis kesedihan
ini adalah tangis haru akan kemenanganmu
Ah, baiklah… aku berbohong jika aku mengatakan
bahwa aku tak sedikitpun perih dengan hilang rautmu
Namun, percayalah, bagiku, kau tak pernah gugur
Seluruh puisi kemerdekaan di atas ditulis pada 10 Agustus 2020.
Puisi kemerdekaan ini merupakan sebuah kado kecil untuk para pahlawan yang mengantarkan kita pada hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Hingga kita dapat mengibarkan bendera merah putih dengan tegak.
Puisi kemerdekaan terbaik bukanlah permainan kata-kata yang indah. Puisi kemerdekaan terbaik adalah yang dapat menggetarkan hati, menggugah jiwa, menggerakkan langkah untuk menjadi patriot yang melindungi bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia. Puisi kemerdekaan terbaik adalah yang lahir dari hati dan untaian doa untuk kemajuan nusantara.
Semoga kita dapat memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara kita, Indonesia.
Video Puisi lainnya oleh M. Taufiq Affandi:
Video Puisi Kemerdekaan lainnya:
Artikel terkait:
“Apa Arti Kemerdekaan yang Sebenarnya ?”
Indonesia Merdeka, Mengenang Jasa Para Syuhada dan Ulama”
11 Responses