Menghafal Al-Quran merupakan salah satu tradisi yang harus selalu hidup dan dihidupkan di Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor), itulah salah satu rangkuman dari tausiah Rektor UNIDA Gontor, Prof. Dr. KH. Hamid Fahmi Zarkasyi, M. A. Ed. M.Phil pada Jum’at Siang (19/02/2021).

Dalam tausiahnya, beliau menjelaskan bahwa setiap mahasiswa UNIDA Gontor mempunyai kewajiban menghafal sejumlah juz dalam Al-Quran, dengan semakin banyak kita menghafalkannya maka semakin baik, apalagi bisa untuk menghafal keseluruhan ayatnya, menjadi Hafidz Al-Quran. Disamping menghafal juga perlu memahami kandungan yang ada di dalamnya. Dengan membaca Al-Quran saja kita sudah mendapat pahala, terlebih jikalau memahami bahkan mengamalkan kandungan ayat Al-Quran tersebut, tentunya akan semakin banyak lagi keutamaan-keutamaan yang bisa kita dapatkan. Hal ini juga berkaca dengan tradisi yang selama ini berusaha dibangun dalam masyarakat muslim Indonesia, seperti melakukan Gerakan One day One Juz. Sebenarnya gerakan one day one juz bisa saja berimplikasi kedepannya kepada one day one understanding, hingga one day one interpretation. Tidak hanya budaya baca Al-Quran saja yang dibangun tapi juga memahami, hingga mengamalkannya.

Menjadi kesyukuran tentunya, Al-Quran masih menjadi bagian daripada nilai-nilai pendidikan mahasiswa UNIDA Gontor. Sebagai buktinya, selain Al-Quran yang masih menjadi pedoman dasar dalam memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan, hafalan Al-Quran juga menjadi pra-syarat bagi setiap mahasiswa untuk mengikuti ujian setiap semesternya. Oleh karena itu, Prof. Hamid menerangkan bahwa nilai-nilai Al-Quran yang termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari tidak boleh pudar, bahkan harus ditingkatkan lagi. Segala kegiatan yang mendukung hidupnya tradisi Al-quran harus semakin ditingkatkan dan diperbanyak. Hal tersebut untuk meyakinkan bahwa Ayat quran yang dihafalkan tidak hanya sekedar dihafalkan, tapi juga perlu mengerti isi dan mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Al-Quran yang dihafalkan telah menjadi bagian dari pedoman hidup.

Menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, telah menjadi tradisi sejak zaman rasulullah, para sahabat, hingga ulama terdahulu sebagai nilai dasar peradaban islam. Buktinya, mereka tidak hanya sekedar menghafalkan Al-Quran saja, namun juga memahami, hingga mengamalkan setiap kandungan ayat Al-Quran dalam kehidupannya, serta menuangkan hasil intrepertasinya kedalam buku-buku yang ditulis, sebagai bukti kejayaan peradabaan islam pada masa lalu. Itulah mengapa para sahabat zaman dahulu menjadi orang-orang yang alim ilmunya, sholeh amalnya karena iman dan al-quran masuk menjadi satu. Oleh karena itu, perlu adanya kita mencontoh kehidupan Rasulullah SAW, dan para sahabat yang selalu menjadikan Al-Quran bagian hidup, mulai dari tutur katanya, perilakunya hingga pengetahuannya yang selalu terinspirasi dari kandungan Al-Quran. “Apa yang diputuskan oleh rasulullah, apa yang diperbuat oleh rasulullah sebenarnya adalah interpretasi dari Al-Quran” ujar Ustadz. Hamid.

Kehebatan Al-Quran al-Karim telah banyak diakui oleh para tokoh orientalis, meskipun tidak mengimaninya. Seperti kata Chase F. Robinson dalam bukunya Islamic Civilization in Thirthy Lives, dijelaskan dalam bukunya bahwa Al-Quran menjadi inspirasi, wisdom, referensi, etiket dan perilaku. Itulah bagaimana bentuk kekaguman seorang orientalis dalam menggambarkan para ulama dengan karya-karya fenomenalnya zaman dahulu. Hal ini membuktikan bahwa ulama-ulama pada zaman dahulu menguasai ayat-ayat Al-Quran dengan menghafalkannya, dan menggunakan hafalannya itu untuk kegiatan keagamaan, ataupun kegiatan ilmiah. Dari hasil mengintrepertasikan kandungan Al-Quran, umat islam mampu membangun peradaban, menciptakan alat-alat canggih yang belum terfikirkan oleh bangsa lain ketika itu. Sehingga peradaban umat islam zaman dahulu, berjaya dan diakui oleh peradaban-peradaban lain terkhusus dalam ilmu pengetahuan, yang merupakan hasil intrepertasi para ulama terhadap kandungan Al-Quran, dalam setiap karya-karyanya. Akhirnya banyak karya-karya ulama islam yang diterjemahkan di Barat, dan menjadi sumber peradaban bangsa-bangsa Eropa ketika itu. “Itulah sebenarnya sumbangan umat Islam terhadap dunia, yang aslinya itu adalah Al-Quran” tutur Ustadz Hamid.

Dalam pemaparannya, Ustadz Hamid banyak memaparkan bagaimana Al-Quran menjadi sebuah kekuatan umat islam, sumber inspirasi ilmu pngetahuan, dan akan mengangkat derajat di sisi Allah SWT, bagi orang-orang yang selalu membaca, menghafal hingga mengamalkannya. Oleh karena itu, beliau berpesan kepada seluruh mahasiswa Universitas Darussalam Gontor untuk selalu mengamalkan kandungan dari ayat-ayat Al-Quran sebagai sebuah pedoman, apapun itu jurusannya. Al-Quran adalah gudang, petunjuk bagi orang yang berakal. Al-Quran adalah furqon bagi orang yang bingung dalam memilih mana yang betul, dan mana yang salah. Universitas Darussalam Gontor diharapkan menjadi tempat yang hidup, dengan selalu mengamalkan nilai Al-Quran dalam kesehariannya.

Ahmad Kali Akbar

Ahmad Kali Akbar

اترك تعليقاً

لن يتم نشر عنوان بريدك الإلكتروني. الحقول الإلزامية مشار إليها بـ *