Khutbah Idul Adha 1440 H: Ibadah Qurban dalam Perspektif Maqasid Syariah

khutbah idul adha 1440 H

Khutbah Idul Adha 1440 H / 2019 M ini disusun dan disampaikan oleh M. Taufiq Affandi, S.H.I., M,Sc., dosen Universitas Darussalam Gontor, dan telah diperiksa oleh Al-Ustadz Imam Kamaluddin, Lc. MA (Dekan Fakultas Syariah UNIDA Gontor) dan Al-Ustadz Dr. M. Kholid Muslih, Lc. MA (Direktur Pusat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor)

Teks Khutbah Idul Adha 1440 H / 2019 M ini telah disampaikan pada, 10 Dzulhijjah 1440 H / 11 Agustus 2019 M di Masjid Universitas Darussalam Gontor yang dihadiri oleh Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA (Rektor UNIDA Gontor), Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A., M.Phil. (Wakil Rektor I), Dr. Setiawan bin Lahuri, Lc. MA. (Wakil Rektor II), Dr. Abdul Hafidz Zaid, Lc. MA (Wakil Rektor III), beserta dosen, mahasiswa santri, dan masyarakat.

Khutbah Idul Adha 1440 ini mengangkat tema Ibadah Qurban dalam Perspektif Maqasid Syariah.

Teks Lengkap Khutbah Idul Adha 1440 H:

Khutbah Pertama

الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر.

إنَّ الحمد لله، نحمده ونستعينه، ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يَهْدِهِ اللهُ فلا مُضِلَّ له، ومن يُضْلِلْ فلا هاديَ له، وأشهد أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولا مثيل له ولا نِدَّ له، وأشهدُ أنَّ محمداً عبده ورسوله وصفيّه وخليله، أرسله الله بشيراً ونذيراً وداعياً إلى الله بإذنه وسراجاً وَهَّاجاً وقمراً منيراً. بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح الأمة وجاهد في الله حق جهاده.

اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه وأصحابه الأخيار رضوان الله عليهم ومن دعا بدعوته وسلك سلوكَه واتبع سنتَه إلى يومِ الدين .
أما بعد فيا عباد الله، أوصي نفسي وإيّاكم بتقوى الله العظيم، وأحثّكم على طاعة الله الكريم

Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT

Adalah sebuah kebahagiaan yang tak terukur dengan variabel duniawi, sebuah kebahagiaan yang tak terdeskripsikan dengan kata-kata, hari ini kita dapat berkumpul di tempat ini guna melaksanakan shalat Idul Adha di hari yang mulia ini dan bulan yang mulia ini.

Dalam beberapa hari terakhir, hingga beberapa hari ke depan, seluruh penjuru dunia menyaksikan berbagai rangkaian ritual agama Islam yang dilaksanakan dengan skala yang begitu besar. Terdapat sekitar 2,5 juta muslim saat ini yang sedang menunaikan ibadah haji.

Kemarin kita berpuasa Arafah saat saudara kita yang sedang menunaikan haji wukuf di Arafah.

Hari ini kita menapaktilasi momentum perlawanan terhadap setan dengan menyembelih hewan Qurban, saudara kita yang sedang haji menapaktilasi momentum itu dengan melempar jumrah di mina.

Allahu Akbar…. Allahu Akbar… Allahu Akbar…

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah…

Jika kita menelaah rangkaian ibadah dalam beberapa hari terakhir, Hari Raya Idul Adha, Ibadah Qurban, serta ibadah haji, terdapat berbagai hikmah, asraar, serta pelajaran yang dapat kita ambil. Di antaranya, kita dapat melihatnya dari 5 dimensi; yaitu dimensi penjagaan agama, jiwa, akal, keturunan, serta harta. Atau biasa disebut Hifdz diin, hifdz nafs, hifdz aql, hifdz nasl, dan hifdz maal. Lima dimensi yang oleh para ulama dijabarkan sebagai Dharuriyyat Al-Khams dalam Maqasid Sharia.

(Hifdz Diin)

Yang pertama, dalam perspektif Hifdz diin, menjaga agama, ibadah haji serta hari raya Qurban menjadi sebuah perayaan yang sangat besar, yang menggerakkan semua orang, membuat penyangkalan terhadap agama menjadi sebuah kemustahilan.

Peristiwa haji adalah sesuatu yang agung, dan Allah memerintahkan kita untuk mengagungkannya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 30:

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ حُرُمٰتِ اللّٰهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّه عِنْدَ رَبِّه

“Demikianlah (perintah haji tersebut). Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah (hurumat) maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya.”

Haji juga memperlihatkan betapa seluruh umat muslim di seluruh dunia, dari latar belakang etnis yang berbeda, dapat melaksanakan ibadah dengan penuh perdamaian, penuh persatuan. Sebuah pembuktian yang menegaskan kepada seluruh dunia betapa agungnya agama Islam; mematahkan semua stigma buruk yang coba dikaitkan kepada Islam oleh pihak-pihak yang dalam hatinya terdapat rasa benci terhadap Islam.

Ibadah Haji juga merupakan penyempurnaan rukun Islam. Kegiatan keagamaan terbesar di muka bumi ini merupakan sebuah ibadah yang melibatkan bukan hanya energi jasmani, namun juga energi spiritual yang tinggi. Setiap detik, setiap jengkal tempat ibadah, diisi dengan dzikir kepada Allah SWT. Bagi siapapun yang menunaikan haji, momentum ini menjadi ukiran yang begitu dalam dalam tiap sanubari, betapa kedekatan kepada Allah mendatangkan nikmat yang begitu besar.

Semoga Allah memanggil kita semua untuk beribadah haji.


Bagi umat muslim lainya yang tidak sedang menunaikan haji. Hari ini seluruhnya hadir di berbagai tempat shalat idul adha, untuk menampakkan komitmen kita terhadap agama kita serta untuk menampakkan kepada siapapun, bahwa umat Islam adalah umat yang kuat dan kokoh.

(Hifdz Nafs)

Allahu Akbar…. Allahu Akbar… Allahu Akbar… Walillahilhamd

Jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT

Selanjutnya, dimensi kedua, kita melihat dari kaca mata Hifdz Nafs, penjagaan terhadap jiwa dan nyawa. Dalam Al-Quran, kata nafs disebutkan dalam beberapa konteks. Dalam surat Yusuf ayat 53, Allah merekam ucapan Nabi Yusuf:

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafs itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafs) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dalam surat Al-Fajr (89), ayat 27-30, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْࣖ


“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Dari dua ayat di atas, kita dapat melihat, bahwa terdapat nafs yang selalu mendorong kepada kejahatan, dan terdapat nafs muthmainnah, nafs yang tenang. Maka momentum Hari Raya Qurban, merupakan momentum untuk menyucikan jiwa, tazkiyatun nafs. Menyucikan diri dari noda-noda yang dapat menghalangi jiwa dari masuknya cahaya Ilahi.

Noda itu sebagian datang dari cinta dunia. Maka noda itu dikikis dengan berkorban. Jikalau Nabi Ibrahim A.S. diperintahkan untuk mengorbankan yang paling dicintainya, yaitu putranya, Nabi Ismail A.S., seluruh umat muslim yang mampu juga diperintahkan untuk hari ini melaksanakan qurban.

Kecintan terhadap dunia, tentu tidak akan berakar jika setiap dari kita insaf, bahwasanya nafs, jiwa, seluruhnya akan merasakan mati.

Dalam surat Al-Ankabut ayat 57, Allah SWT berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”

Noda lain juga datang dari ketidakikhlasan dalam beribadah. Qurban hadir sebagai sarana dari Allah untuk mengajarkan kita ikhlas. Sejatinya dalam qurban, yang diterima adalah ketakwaannya. Dalam surat Al-Hajj ayat 37, Allah SWT berfirman:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

Artinya: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.”

Maka marilah kita bertakwa, dan menjalankan segenap ibadah Idul Qurban ini dengan penuh takwa. Agar nafs kita dipenuhi dengan cahaya takwa.

(Hifdz Aql)

Allahu Akbar…. Allahu Akbar… Allahu Akbar… Laa Ilaaha Illallah…. Allahu Akbar

Allahu Akbar… walillahi-l-hamd

Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT

Dalam perspektif ketiga, hifdz aql, pemeliharaan terhadap akal. Kita dapat melihat betapa semua keteraturan penciptaan Allah SWT yang kita saksikan ini merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah agar kita berpikir dan menjadi lebih yakin kepada Allah SWT.

Bayangkan, jutaan muslim berkumpul dalam satu tempat dalam haji, dan Allah telah menciptakan air zamzam yang dapat memenuhi kebutuhan para jamaah. Bukankah itu suatu ayat agar kita berpikir?

Allah mensyariatkan kita untuk menyembelih hewan ternak. Dan Allah menciptakan ternak tersebut memiliki kecepatan tumbuh dan kembang biak yang seimbang dengan kebutuhan kita untuk melaksanakan kurban.

Bayangkan jika tumbuh dan kembang biak hewan ternak itu terlalu lambat, sehingga umat Islam tidak dapat menemukan hewan ternak yang dapat dikurbankan! Maka kurban tidak dapat terlaksana.

Bayangkan juga jika kembang biaknya terlalu cepat, sehingga timbul inflasi ternak, yaitu begitu banyaknya persediaan hewan ternak sehingga harganya jatuh! Bayangkan jika harganya jatuh hingga seharga sehelai daun! Lalu apa substansi dari qurban jika untuk berkurban teramat sangat murah dan tidak memerlukan pengorbanan?

Mungkin pemikiran tersebut tampak mustahil. Namun jika kita menggunakan akal kita, tentu kita akan menyadari bahwa kesempurnaan penciptaan itu bukanlah suatu kebetulan. Pasti ada kekuatan Pencipta Yang Agung dan Sempurna yang mendesain ini semua.

Allah SWT secara eksplisit juga memerintahkan kepada kita untuk menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah dalam ibadah Haji. Dalam Surat Al-Hajj ayat 27, Allah berfirman

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”

Yang kemudian dilanjutkan dalam ayat setelahnya, ayat 28:

لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ

“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”

Maka berbagai kedahsyatan yang terjadi di bulan haji ini, dan di hari Raya Idul Adha ini, adalah sebuah api yang selalu menyalakan akal kita untuk terus berpikir, dan menyadari keagungan Allah melalui ayat-ayatnya di muka bumi.

(Hifdz Nasl)

Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar

Sidang solat idul qurban rahimakumullah

Kini kita beranjak kepada dimensi keempat dari 5 dimensi yang kita telaah, yaitu Hifdz Nasl, atau memelihara keturunan. Dimensi ini merupakan representasi dari besarnya perhatian Islam terhadap institusi keluarga. Dalam kaitannya dengan Qurban, saat menyembelih hewan Qurban, dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW berdoa:

“بِسْمِ اَللَّهِ, اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ, وَمِنْ أُمّةِ مُحَمَّدٍ” 

Dengan nama Allah, Ya Allah, terimalah dari Muhammad, Keluarga Muhammad, dan Umat Muhammad.

Doa itu menunjukkan ibadah qurban erat kaitannya dengan bangunan keluarga. Hewan yang dikurbankan bukan hanya diatasnamakan yang bersangkutan, namun juga atas nama keluarganya. Tentunya tidak ada larangan jika masing-masing anggota keluarga juga masing-masing berkurban. Namun pelajaran penting dari doa di atas adalah bahwa saat seseorang berkurban, sejatinya itu hasil dari proses pengorbanan istri dan anak-anaknya juga, yang turut merelakan sebagian harta mereka untuk membeli hewan kurban.

Tanpa ada kekompakan dalam keluarga, tanpa ada kerelaan dari keluarga, tak mungkin rasanya seorang kepala keluarga dapat mengeluarkan sebagian harta untuk hewan qurban.

Di sisi lain, jika kita mentadabburi perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail, putranya tercinta, kita dapat belajar bahwa Allah mengajarkan pada kita agar cinta kepada keluarga adalah cinta yang proporsional. Tidak kurang, namun juga tidak berlebihan.

Kecintaan kepada keluarga, kecintaan kepada lawan jenis yang dinaungi dalam mahligai pernikahan, kecintaan kepada anak-anak dan keturunan, semua itu adalah sunnatullah yang tidak boleh dihilangkan.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS Ali Imran: 14)

Fitrah itu tidak boleh dikikis oleh orang-orang yang memiliki orientasi yang rusak yang tidak menginginkan adanya keluarga, yang tidak menginginkan adanya ikatan pernikahan, serta yang menginginkan adanya pernikahan sejenis yang merusak tatanan kemanusiaan serta mustahil mendatangkan keturunan.

Namun kecintaan kepada keluarga dan anak-anak, juga tidak boleh berlebihan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Munafiqun ayat 9:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Maka sejatinya, institusi keluarga hadir agar kita dapat menguatkan ibadah kita kepada Allah. Sebagaimana doa Nabi Ibrahim, dengan mengemban tanggung jawab sebagai kepala keluarga, beliau berdoa:

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim: 40)

(Hifdz Maal)

Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…

Jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT

Dimensi terakhir yang tampak begitu kental dengan ibadah Qurban adalah hifdz maal, penjagaan terhadap harta. Ibadah Qurban mengajarkan kita untuk mendudukkan kembali posisi harta dalam kehidupan serta, serta sebuah mekanisme yang begitu canggih dari Allah untuk memutar harta dan menggerakkan ekonomi ummat.

Serta sebuah pengingat bagi kita, dalam tiap tetes air zamzam yang diminum para jamaah haji, bahwa Allah telah menyiapkan rezeki bagi kita, dan tugas kita adalah untuk pasrah, berdoa, bersyukur, dan berusaha.

Pasrah, sebagaimana Siti Hajar yang ditinggal oleh Nabi Ibrahim di lembah tandus; pasrah saat mengetahui itu adalah perintah Allah. Berdoa dan bersyukur, sebagaimana doa Nabi Ibrahim dalam surat Ibrahim ayat 37 agar Allah memberi mereka rezeki dan agar mereka bersyukur. Berusaha, sebagaimana usaha Siti Hajar mencari air dari Sofa ke Marwa, hanya untuk menemukan bahwa rezeki yang dicarinya telah disediakan oleh Allah di kaki putranya.

Belum lagi, jika kita mencoba mengkalkulasi potensi ekonomi dari Idul Qurban, maka sungguh kita akan tersadar betapa besar cinta Allah kepada hambanya. Betapa Idul Qurban ini merupakan sebuah wujud penyembahan kepada Allah SWT dan sekaligus bentuk Rahman Rahimnya Allah pada kita.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ عباده المتقين وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِروهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر.

الحَمدُ لله باَرِئِ ا لنَّسَمِ، وَخَالِقِ اللَّوْحِ والقَلَمِ، أَحْمَدُهُ – تَعَالىَ – عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَسْدَى وَأَنْعَمَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّناَ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ الهاَدِي إِلىَ السَبِيْلِ الأَقْوَمِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ، وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

أما بعدُ فيا عباد الله أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى الله حقّ تقاته فقد فاز المتقون.

Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah

Dari Khutbah pertama tadi, dapat kita simpulkan bahwa dalam rangkaian Hari Raya Idul Adha, Ibadah Qurban, serta Haji terdapat berbagai hikmah yang setidaknya dapat terlihat dari 5 dimensi, dimensi agama, jiwa, akal, keturunan, serta harta.

Kesemuanya itu menunjukkan bahwa ketaatan kita kepada Allah, sejatinya adalah untuk kemaslahatan kita sendiri, dan perintah Allah sejatinya adalah bentuk cintaNya kepada hambaNya. Maka marilah kita jalani ibadah ini dengan penuh cinta kepadaNya.

Akhirnya marilah kita berdoa, memohon kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, untuk kebaikan kita dan umat Islam dimana saja berada:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ.

اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ.

اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ.

اَللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَيْهِمْ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ.

اَللَّهُمَّ اكْتُبِ الشَّهَادَةَ عَلَى مَوْتَاهُمْ وَاكْتُبِ السَّلاَمَةَ عَلَى أَحْيَائِهِمْ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم وادعوه يستجب لكم ولذكر الله أكبر.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Demikian Teks Khutbah Idul Adha 1440 ini. Semoga dapat bermanfaat. Salah satu inti dari Khutbah Idul Adha 144 adalah bahwa perintah Allah pada hambaNya, adalah bentuk cinta-Nya.


Point-point utama

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami struktur isi khutbah ini, berikut kami lampirkan ringkasan poin-poin dari Khutbah Idul Adha 1440 H ini:

Mukaddimah

  • Kemarin kita berpuasa Arafah saat saudara kita yang sedang menunaikan haji wukuf di Arafah
  • Hari ini kita menapaktilasi momentum perlawanan terhadap setan dengan menyembelih hewan Qurban, saudara kita yang sedang haji menapaktilasi momentum itu dengan melempar jumrah di mina

Hifdz Diin

  • Sebuah perayaan yang sangat besar, yang menggerakkan semua orang, membuat penyangkalan terhadap agama menjadi sebuah kemustahilan
  • Haji, penyempurnaan rukun Islam. Kegiatan keagamaan terbesar di muka bumi ini.

Hifdz Nafs

  • Jiwa dan Nyawa
  • Dua jenis nafs
  • Tazkiyatun nafs

Hifdz Aql

  • Menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah
  • Keseimbangan populasi hewan ternak adalah sebuah tanda kesempurnaan desain Allah SWT

Hifdz Nasl

  • Doa Rasulullah saat menyembelih hewan Qurban
  • Insitusi keluarga. Nabi ibrahim dan putranya.
  • Rasa cinta keluarga secara proporional
  • Tanggung jawab keluarga
  • Doa nabi Ibrahim

Hifdz Maal

  • Pendidikan untuk mengerti posisi harta dalam kehidupan
  • Pendidikan untuk memutar harta
  • Pasrah, Berdoa, Bersyukur, dan Berusaha
  • Kasih sayang Allah

Artikel terkait Khutbah Idul Adha 1440 H:

Khutbah Idul Adha 2019: Hikmah dari Sejarah dan Prosesi Idul Adha

Khutbah Idul Adha Singkat 2018: Tadabbur Makna Qurban

Khutbah Idul Adha 2018: Berkorban adalah Ciri Seorang MuslimKhutbah Idul Adha 1438 H,

Qurban: Membunuh Sifat Egois

Khutbah Idul Adha Ustadz Khoirul Umam: “Mentalitas Berqurban Solusi Bangsa”


Baca Juga

Khutbah Jumat Singkat: Luangkan Waktu untuk Ibumu

Khutbah Jumat tentang Kematian


Taufiq Affandi

Taufiq Affandi

6 Responses

اترك تعليقاً

لن يتم نشر عنوان بريدك الإلكتروني. الحقول الإلزامية مشار إليها بـ *