“Di sini suhu udara di siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius, dan di malam hari drop menjadi 13 derajat,” ungkap Sunan Autad Sarjana, mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor yang menjadi pembimbing dan sekaligus pimpinan rombongan kontingen Gontor pada Australian Scout Jamboree 2019, pada Sabtu (12/01)

“Itu memang benar-benar melatih daya tahan kita,” lanjutnya. Event yang digelar tiga tahun sekali tersebut memang memiliki enam fokus utama; daya tahan (resilience), kegembiraan (fun), tantangan (challenge), persahabatan (friend), kecakapan (skill), dan petualangan (adventure). Tahun ini, event tersebut diadakan di The Bend Motorsports Park, Tailem Bend, South Australia Australia.
Event ini, setiap kali diadakan selalu menyedot perhatian dunia dan diikuti oleh banyak peserta dari berbagai belahan dunia. “Untuk tahun ini, pesertanya mencapai 11 ribu peserta dari 12 negara,” papar Sunan. Adapun Gontor sendiri mengirimkan 29 peserta dari siswa KMI Gontor dan 5 pendamping dari Guru KMI Gontor yang sekaligus mahasiswa UNIDA Gontor.

Selain masalah udara yang panas-dingin tadi, keunikan Jambore ini masih ada lagi. “Peserta dicampur dengan kontingen dari negara lain, sehingga peserta harus bersahabat dengan peserta dari negara lainnya, dan tentunya berbahasa Inggris.”
Sunan mengaku hal tersebut adalah sebuah keuntungan karena dalam event yang dilaksanakan selama 11 hari tersebut, 4-14 Januari 2019, para peserta mendapat banyak sahabat dari berbagai negara dan dapat memraktekkan bahasa Inggris mereka dengan native speaker.
Yang unik lagi, para peserta dibatasi dalam penggunaan telepon seluler. “Salah satu tujuan dari Jambore ini memang melepaskan ketergantungan remaja dari Gadget,” papar Sunan.

Empat Mahasiswa UNIDA Gontor lainnya yang menjadi pembimbing dari Jambore ini adalah mahasiswa program sarjana. Mereka adalah Maulana Malik (Hukum Ekonomi Syariah), Halim Abdullah (Studi Agama-agama), Iqbal Dzulfikar (Pendidikan Agama Islam), dan Faaza M Athaya (Akidah dan Filsafat Islam).
Menurut Maulana Malik, momen yang paling berkesan adalah saat troop leader dengan memberikan kaos troop. Karena pada momen tersebut dapat berinteraksi dengan troop leader dari negara lain dengan sangat hangat dan bersahabat.


Penampilan tari yang mengkombinasikan semaphore, Reog, dan Malulo yang disajikan oleh kontingen Gontor menjadi penampilan yang sangat memukau. “Sambutannya sangat luar biasa,” pungkas Sunan yang saat santri merupakan salah satu Bindep (Pembina Gugus Depan) teladan. (Taufiq / Photo: Maulana Malik, Sunan)
